Ekonomi zona Euro satu tahun setelah Rusia menginvasi Ukraina

The Eurozone economy one year after Russia invaded Ukraine

Setahun yang lalu, Rusia melancarkan invasi tanpa alasan ke Ukraina. Perang ini menyebabkan syok parah pada ekonomi dunia, terutama pasar energi dan makanan, mengurangi pasokan dan menaikkan harga ke level yang belum pernah terjadi. Perang kian memperburuk tekanan inflasi. Tingkat inflasi naik tidak hanya di Eropa tetapi di seluruh dunia. Ekonomi zona Euro sangat terbuka dibandingkan kawasan ekonomi yang lain, menjadikannya rentan terhadap disrupsi di pasar global dan rantai pasokan. Negara-negara Eropa sangat tergantung pada impor energi dari Rusia, yang merajai lebih dari separuh konsumsi energi zona Euro pada 2020. Sebelum perang, Rusia adalah pemasok utama sumber daya energi (minyak, gas, batu bara) ke Eropa. Ukraina juga memainkan peran besar dalam ekspor gandum, makanan, dan pupuk ke zona Euro. Karena zona Euro sangat tergantung pada impor energi, lonjakan harga impor energi mengakibatkan biaya membubung, yang menyebabkan harga semua barang menjadi lebih tinggi mulai dari makanan sampai mobil.

Akibatnya, pada Desember 2021 ECB mulai menormalisasi kebijakan dengan menaikkan suku bunga dan mengurangi neraca keuangannya. Pemerintah di Eropa juga sudah melakukan banyak hal untuk mengurangi dampak dari krisis biaya hidup. Agar tidak terlalu membuat syok konsumen domestik, negara-negara UE harus mengompensasi harga tinggi tersebut dari anggaran negara. Menurut think tank Belgia, Bruegel, untuk menyubsidisi harga gas, listrik, dan BBM, UE harus membayar 600 miliar sejak September 2021.

Negara-negara Eropa terdesak untuk mulai mencari pengganti yang murah untuk gas dan minyak Rusia. Ada tiga cara yang dipandang bisa mengurangi ketergantungan terhadap Rusia: diversifikasi pasokan, efisiensi energi, dan percepatan pengembangan energi terbarukan. Dalam hal diversifikasi, pembelian gas alam cair (LNG atau liquefied natural gas) dari pemasok seperti Amerika Serikat, Qatar, Norwegia, dan Aljazair meningkat.

Rusia dan sumber daya energi Rusia juga dikenai sanksi. Pada 2022, konsumsi gas alam di UE turun sebanyak hampir 20%, yang membantu UE menghadapi impor gas dari Rusia yang menurun, sebagian karena sanksi UE. Ini juga meningkatkan investasi energi hijau untuk mengurangi ketergantungan energi UE. Upaya-upaya untuk menghemat energi dan mendiversifikasi pasokan energi membuat harga gas alam turun secara tajam di bulan-bulan terakhir. Akibatnya, tekanan inflasi mulai berkurang dan ekonomi menunjukkan ketangguhan yang tak terduga. Konsisten dengan ketangguhan ekonomi secara keseluruhan terhadap efek perang, tingkat pengangguran turun ke level terendah sejak terbentuknya Economic and Monetary Union. UE kemungkinan besar akan terhindar dari resesi besar, meskipun harga energi setinggi langit, kepercayaan menurun, dan kenaikan suku bunga membebani ekonomi. International Monetary Fund menaikkan prakiraan pertumbuhannya untuk kawasan, berkat ketangguhan tak terduga.

Meskipun ada sinyal-sinyal positif ini, penting untuk diingat bahwa perang masih memiliki risiko ekonomi yang signifikan dan bisa menyebabkan harga naik lagi, terutama harga energi dan makanan. Sepanjang tahun Rusia memotong suplai energi birunya yang menyebabkan krisis ekonomi di pihak Eropa. Meskipun demikian, tidak terjadi "Holodomor" atau "Eropa membeku" yang digembar-gemborkan media Rusia. Moskwa berusaha mendestabilisasi sistem energi Uni Eropa dan membuat dukungannya terhadap Ukraina menjadi kerugian. Namun, cuaca yang hangat membantu warga Eropa menjalani musim dingin dengan baik. Akan tetapi, masih ada banyak pekerjaan ke depan karena UE baru bisa mengurangi ketergantungan energi dari Rusia sebanyak ⅔ saja. Para ahli strategi meyakini bahwa Eropa akan mampu menggantikan hampir keseluruhan sumber daya energi Rusia dalam dua tahun mendatang.

Peradaban dunia bersatu melawan Rusia. Sekarang Rusia mendapat sanksi paling banyak di dunia: 14.081 sanski (2.754 sebelum perang). Iran, misalnya, mendapat sanksi paling banyak kedua sejumlah 4.191. Ekonomi Rusia bertahan menghadapi serangan hanya karena akumulasi cadangan dan penjualan sumber daya energi ke negara-negara Asia seperti India dan Cina. Tetapi pendapatan Moskwa turun secara substansial dan terus menurun. Perang semakin sulit untuk diteruskan sementara Amerika Serikat, UE, dan NATO terus menambah dukungan militer dan finansial bagi Ukraina. Ekonomi Eropa kini menjadi kuat lagi dan kembali bertumbuh. Hasil perang sudah bisa ditentukan. Rusia hanya punya dua pilihan: menerima kekalahan dan menarik pasukannya dari Ukraina atau melanjutkannya sampai akhir dengan senjata pamungkasnya - senjata nuklir, yang bisa mengakibatkan dimulainya Perang Dunia Ketiga. Ada juga pilihan ketiga: dengan mengancam senjata nuklir, Rusia bisa memaksa Ukraina menyerahkan sebagian wilayahnya (Donetsk dan Luhansk) dan mengakui Crimea sebagai bagian Rusia, mengikuti skenario garis paralel ke-38 di Korea. Waktu yang akan mengungkap akhirnya. Namun semua orang sudah paham Rusia seperti apa dan paham "Rashi" lebih buruk daripada paham "Nazi".

Selamat trading!

Artikel Terakhir
Semua Artikel